Selasa, 24 Januari 2017

Semalam di singapore


Malam membawa kabar dengan angin melalui sela-sela jendela yang menjadi ingatan penghantar tidur
Ingatan yang menyayat merobek luka
Malam ini kuputusankan untuk mencari udara di merlion park
Terlihat Bintang-bintang berubah menjadi lampu-lampu warna-warni menghias langit yang menghitam
tak ada bintang satupun, bulan enggan menampakan sinarnya
tak ada teman disampingnya
Apakah engkau melihat bintang dari sana?  Mungkin, tak sempat kamu melihat bintang karena kau terlalu sibuk dengan bintangmu sendiri. 

Senin, 16 Januari 2017

Serambi malam

Malam ada mesin waktu
Semakin ingin keluar semakin terjerat
Semakin merasakan semakin terperangkap
Aku terjebak didalamnya
Tak ada apapun kecuali cahaya
Sinarnya minyilaukan mata
Lalu terlihat begitu roman
Tiba-tiba mereka bersatu
Cahaya itu menjelma wajahmu

Kamis, 12 Januari 2017

Kamar tanpa pintu

Kamarmu adalah penjara yang kau buat
Bukan dari sebuah hukuman
Dari keinginan tanpa angan sebuah bayangan
Sesak mulai menylimuti pengap mulai mengguri
Hati mulai menglupas Oksigen berubah menjadi udara panas
Tak ada pintu, tak ada jendela, tak ada celah
Tak ada yang bisa menembusanya
Kenapa kau rela menyakiti dirimu seperti itu
Tak bisa kubayangkan bagaimana kau menyakiti orang lain
Kenapa tak kau bangun pintu?
Pintu adalah iklas yang minimalis
Agar seseorang masuk mengisi kamarmu
Dengan mengetuk pintu hatimu
Ijinkanlah aku menyelamatkanmu

Maafkan, Aku Perokok

Rokok sudah terkokang beberapa kali
Altar sudah dipenuhi putung-putung berserakan
Abunya berceceran tersulut oleh api
hilang ketika hembusan angin bertiup dari arah berlawanan
serta dinginnya udara akan terasa menyulitkan
Lalu, Berterbangan Menuju rumahmu
Setiap partikel abunya menjelaskan tentang rindu

Tak ada asap jika tak ada api
Tak ada cinta jika tak ada kamu

Rabu, 11 Januari 2017

D.I.D

Entah apa yang harus aku lakukan. Ketika aku menjadi istri seseorang yang sama sekali tidak mengenalku. Hari itu, setelah kecelakaan yang dia alami. Suamiku menjadi orang yang berbeda. Terkadang ia sangat romantis, terkadang ia mengacuhkanku dan tak mengenal diriku sama sekali. Suamiku mempunyai kenangan masa kecil yang sangat buruk, dia dibesakan dalam lingkungan yang kacau. Ayah dan ibunya mengalami perceraian pada saat dia berumur 4 tahun. Selama masa kecilnya dia juga menjadi korban bullying lingkunganya karena dia merupakan laki-laki yang lemah. Semenjak itulah ia mempunyai kepribadian ganda. Hal itu membuat kota yang telah kita bangun bersama menjadi hancur dan runtuh sedikit demi sedikit. Nama suamiku adalah kamajaya. Nama seorang dewa cinta dalam pewayangan. Ia merupakan makhluk yang berwajah paling tampan di Tribuana (jagad Mayapada, Madyapada dan Arcapada). Mungkin suamiku adalah titisan dari kamajaya. Dia juga berparas tampan sepertinya, dia juga mempunyai rasa kasih sayang yang lebih kepadaku.
Malam sudah larut, aku menunngu suamiku pulang hanya sekedar untuk membukakan pintu  untuknya akan tetapi dia tak kunjung tiba. Kantuk ini menyerang mataku seakan-akan mata ini tertutup dengan sendirinya, tapi aku harus setia menunggu suamiku pulang. Dari ujung jalan terdengar suara tapak kaki mendekat tepat di bibir pintu. Aku terengah engah menuju pintu tersebut dan membukakanya, ternyata bukan suamiku yang datang. Akan tetapi seseorang yang lain dari dirinyalah yang datang. Betapa terkejutnya aku ketika melihat penampilan dia, dengan baju compang-camping dan beraroma alkohol menylimuti dirinya.
"Lekas mandi, dan tidur" dengan lembut aku berkata
'Sudah jangan campuri urusan orang lain, aku tak kenal kau'' sahutnya
'Aku capek mau istirahat'
Perkataanya membuatku masuk kedalam gravitasi bintang yang telah kehabisan bahan bakar, dan di dalamnya terdapat lorong ruang dan waktu yang bersekutu dan menyuruhku mengikuti arusnya, dan aku tak tau harus melakukan apa. Aku rehatkan tubuhku sejenak hanya untuk memejamkan mata dan pikiran. nIhil aku tak bisa melakukanya. Mataku memang tertutup tapi otak dan hatiku berjalan tanpa perintaah.
pagi telah tiba, aku masih tertidur di sofa tempat biasa memadu cinta. Aku merasakan kecupan manis dari seorang yg aku kenal, kecupan itu membuatku bisa tersenyum satir,
"kenapa tidur diluar ma?" tanyanya dengan penuh kehangatan
inilah seseorang yang aku tunggu seeorang yang aku idam-idamkan kepulanganya
"badan mama semakin kurus, jangan memikirkanku, sarapn dulu ma, sudah aku siapkan makanan untukmu. Setelah itu kita liburan menengok anak kita, aku juga mau ke dokter psiteater. Aku ingin sembuh. Aku tidak mau kamu selalu tersarikiti oleh diriku yang lain'
"maafkan aku, ketika tubuhmu goyah aku tak bisa menopangmu, ketika kau rebahkan tububmu tanganku tak sampai untuk menggapaimu. " katanya dengan penuh penyesalan.
"ijinkanlahh aku bersandar kepadamu, ketika kau bisa melakukanya" tangisanku pecah, seperti gelas kaca yang tak tahan menopang panasnya air yang baru mendidih,  kecupan dan pelukan yang hangat datang membunuh sepiku.
Hari ini adalah hari terindah ketikaa kamajaya yg berada dalam tubuhnya. Aku tak ingin dirinya yg lain muncul disaat situasi seperti ini dirinya yang lain bisa aku sebut sebaga batara kala.  Di rumah nenek sudah berdiri menyapa kita berdua, ialah anaku  potongan bob dan mata sipitnya adalah obat paling mujaran yang diciptakan Tuhan untukku. Aku sering berkunjung ke rumah nenek hanya untuk menyapa anaku, sedangkan kamajaya jarang kemari, dikarenakan penyakit yg didetitanya.
"Ayah, adik kangen"  suara lembutnya meluluhkan hati kamajaya.  Tak mau terbawa suasana, aku segera sigap mengalihkan topik.
"Mama bawa mainan. Ini oleh oleh untuk adek, katanya adik mrnjadi juara kelas" kataku.
Aku merasa bahwa aku adalah orang tua yang gagal mengurus anaknya karena menitipkanya kepada ibu dari suamiku dan dia dibesarkan bukan oleh orang tuanya.
"Baru datang?" tanya nenek
"Iya bu, maaf tidak mengabari ibu sebelumnya" jawab kamajaya.
"Ayo masuklah, akan kubuatkan teh"
"Sudah buu. Tak usah repot repot, kita mau mengajak ian jalan jalan dulu. Sekalian liburan"
Kami berdua berpamitan dan segara pergi jalan-jalan.  Ibu sudah mengetauhi apa yang diderita eh kamajaya, ketika pertama kali ibu mengetauhi dia yang menjadi penyelamatku dengan kata-katanya untuk belajar sabar untuk menjalani apa yang terjadi. Dia menggap bahwa Tuhan tak akan memberi cobaan diatas batas manusia. Pagi ini aku merasa kota baru telah dubangun dalam tububku dan merekalah yang membangunya. Hari menjelang sore. Ian kita kembalikan ke rumah nenek. Lalu meluncurlah kami ke rumah dokter yang menjadi tempat konsultasi kamajaya. Dokter itu bernama dokter Vardy. Doker vardy menyambut kita dengan sopan. Dia menyilahkanku dan kamajaya duduk, mulailah konsultasi tentang kemajuan pemyakit yang dideritanya. Dokter itu tidak bisa memberikaan saran apapun kecuali obat penenang atau bisa disebut juga penjara bagi batara kala. "Saya sudah menyerah dengan keadaan ini" dokter itupun hanya bisa pasrah.
Terkadang aku merasa sangat bersalah karena telah menyerahkan berkas ini ke dokter vardy.  Dokter hebatpun tak bisa menangani penyakit psikologi yang dimiliki suamiku ini.
Setelah setengah jam kita berkonsultasi, aku beranjak dari rumah dokter vardy. Kami berdua kembali ke mobil. Tak lama kemudian terdengar bunyi telpon memecah keheningan,diangkatlah telepon itu, terdengar suara perempuan dengan nada sumbang memaki-maki suamiku. Lalu ditutuplah telpon itu. Tak lama kemudian air mata tercucur dari mata indah suamiku. Aku tak tau apa yang telah terjadi, sehabis dia menutup telponnya dia merasa berbeda. Kami berdua sampai dirumah suasana mulai berganti. Hal ini membuat gusar diriku. Kami berdua diam tak bersuara di depan televisi yang menayangkan berita tentang demo yang dilakukan mahasiswa negri yang menyuarakan ketidakpuasanya terhadap pemerintahan. Aku tak berani menanyakan apa yang terjadi. Lalu tiba-tiba terdengarah suara penuh penyesalan keluar dari bibirnya "maaf ma, aku telah membunuh seorang bayi"
"Bagaimana maksutmu pa? Jawabku dengan pandangan kosong tertuju dalam televisi tersebut
"Aku menghamili seorang wanita, lalu wanita itu menggugurkan bayinya"  suaranya dengan terbata-bata
" Aku bersalah ma, aku bersalaah. Aku tak tahan dengan kondisi semacam ini.  Maafkan aku ma" 
Suara televisi sudah tal terdengar lagi karena tangisan kita berdua mengalahkan suara apapun.
Lalu aku mencoba menenangkanya "itu bukan dirimu, itu bukan dirimu, itu bukan dirimu. Dirimu yang lainlah yang melakukan semua ini" sautku
"Itu aku. Aku yang telah membunuhnyaa. Memang bukan pribadiku yang melakukanya, batara kala juga aku. Dia diriku yang lain. Ada dua pribadi yang berada dalam jasadku. Aku bersalah " suaranya mulai hilang termakan kepediham. tak ada yang bisa kuucapkan. Karena kata-kata tak bisa mengungkapkan apa yang aku rasa.kurebahlakan tubuhku beserta tangisanku kedalam pangkuanya. Tapi suamiku menghindari rabahaku ini. Akhirnya ketakutanku yang  membayangiku mucul. Selama ini aku tak tau apa yang dilakukan dirinya yang lain di luar sana, dengan sifatnya yang semacam itu, aku bisa membayangkan apa yang dia lakukan. Tiba-tiba hujan turun, derasnya mewakili tangisanku yang menetes tak terhenti. Tanpa pamitan kamajaya meninggalkanku. Aku tak tau apa yang akan dia lakukan, pintu terbanting, terdengar mobil keluar dari garasi yang blm tertutup. Aku masih tak bisa berpikir lagi. Setelah beberapa jam kemudian tak ada kabar dari suamiku. Mungkin dirinya yang lain sedang berada dalam tubuhnya. Tiba-tiba telepon berbunyi pada pukul 2. Kuharap itu telepon dari suamiku, entah kenapa aku mempunyai firasat buruk. Aku angkat telepon dengan gemetaran jarikuu seakan menolak mengakat telepon ini.
"Hallo, ini benar rumah bapak kamajaya?" Terdengar dari suara telepon tersebut
"Iya '' jawabku
"Ini dari rumah sakit, memberitahukan bahwa saudara bernama kamajaya telah berada dalam kamar jenazah, dikarenakan kecelakaan tunggal. Dimohon dengan sangat keluarga korban segera kemari dan melunasi biaya administrasi rumah sakit" suara itu seakan mengancamku. Senyap. Suamiku meninggalkanku. Apakah ini batas  cobaan untukku? Apakah masih ada lagi cobaan yang akan aku terima? Apakah nasibku sama dengan puntadewa yang masih mendapat cobaan ketika saudara-saudaranya pandawa telah meninggal ? Aku pasrah dengan keadaan.