Selasa, 14 Maret 2017

Gunung dan cerita yang tak kunjung sampai


Sudah berlalu, semuanya telah hilang dalam angan-anganku. Gunung ini adalah saksi kesakitanku untuk kesekian kali. Hari itu badai di siang hari, ketika perjalananku menuju puncak, biru berubah menjadi kelabu. Awan putih menghilang dari cakar langit. Berubah wujud menjadi butir-butir air yang menetes dari ujung bumi. Angin mulai mencegahku untuk melanjutkan perjalanan. Hembusanya begitu kencang, menggoyangkan apa yang ada di sekitarnya dan membuat gaduh pohon-pohon yang dilewatinya. Suara sungguh bergemuruh. tariakan-teriakan mereka bersatu menandakan  ketakutan, dan pohon-pohon itu menangis, menggugurkan daunya. Pukul 16:30, air tak lagi basah tergantikan sinar matahari yang mulai memantulkan cahayanya melalui langit-langit yang tak kuat menopang keindahan sinar tersebut. Kita telah tiba di sebuah padang rumput luas, berbukit-bukit. Hanya ada hijau,kuning dan biru. Tak terlihat lagi kelabu yang menyeramkan itu. Perjalanan yang panjang membutuhkan proses yang berat itu tergantikan oleh hasil akir yang luar biasa hebatnya. Aku rebahkan badanku bersama rumput-rumput berserta jejak air yang masih terpeluk hangat dengannya. Mempersiapkan lagi apa yang akan aku perbuat ketika telah turun dan kembali ke rumah. Akan aku ceritakan perjalanan ini kepadamu. Aku menunggu senja dari kejauhan. Kuharap senja akan segara datang.tapi apa daya, senja tak kunjung tiba. kabut memeluk senja tercintanya, Tak ada lagi cahaya keemas-emasan yang menampakan diri. Senja yang aku tunggu tidak ada di kamu.  Tenda mulai terpasang. Dingin menyerang dari segala arah. Lalu tak lama kemudian angin berserta hujan berpadu dalam balutan kilat. Badai besar terjadi di gunung ini. Beberapa jam sudah aku lewati, ratusan petir menyambar , trilliunan air jatuh bergelimpangan.  Kecemasanku berubah menjadi ketakutan. Aku tak takut dengan hujan. Hanya saja aku cemburu denganya. Karena ia pernah menyentuhmu tanpa sepengetauhanku, menyentuh rambutmu, dan kamu tidak marah dengan itu. Aku ingin hujan segera reda.
Pagi itu, kuurungkan niatku untuk menikmati puncak itu. Bukan karena tak mau, hanya waktu tak sanggup aku tunggu. Pulang adalah jalan yang tepat untuk sebuah kerinduan. Betapa bahagianya ketika aku sudah mengambarimu dan menceritakan apa yang kualami ketika perjalanan kemarin, aku harap akan menjadi cerita menarik yang akan ku bungkus rapi dengan rumput-rumput hijau, batu-batuan yang tertata rapi, hujan, petir, tenda yang hampir rubuh, dan temanku yang mengalami hypotermia. Akan tetapi, cerita itu tak sampai kepadamu. Terhalang oleh kabar yang begitu mendadak dan tak sengaja terdengar oleh teling mungil ini. Kabar ini kelam, melebihi badai yang angat seram.aku mendengar kamu telah mebuka pintu kamarmu yang kau tutup rapat hari hari lalu. Harusny aku orang pertam yang melihat betap indahnya kamarmu yang kamu bangun dengan cerita - cerita masa lalumu yang telah berdebu.Kita mempunyai cerita yang berbeda. Kamu dengan cerita yang indah bersamanya dan aku dengan cerita indah bersama gunung itu. Tapi itu hanya sesaat cerita indahku berubah menjadi cerita horor yang kau buat bersamanya. Cerita indahmu adalah ancaman bagiku. Sudah kubayangkan betapa bahagiannya dirimu pada hari itu.  Taj ada yang bisa kuperbuat lagi hanya menyesali apa yang telah terjadi.  Melapaskan adalah sesuatu yang akan aku lakukan. Melepaskan saling menguntungkan kita. Untukmu,  mendapat seseorang yang baik, dan untuku akan berubah menjadi pribadi yang lebih baik. Aku akan mencoba melepaskanmu tapi kamu merangkulku dengan kata-katamu yang mencoba memberhentikanku dari keinginan untuk meninggalkanmu. Karena kau telah mempunyai buku baru yang akan kau isi dengan puisi-puisi indahmu tentang dia.  Sementara aku masih dengan puisi-puisi tentang luka meskipun buku ini telah kehabisan halaman. Sengaja aku paksa mencari-cari lembaran kosong. 
"Maaf mas" katanya melaui pesan singkat.
Aku tau maksut perkataan ini. Dia merasa bersalah dengan apa yang terjadi. Aku ambil handphoneku dan mulai kubalas pesan itu " tak usah minta maaf, tak ada yang salah. Hanya saja aku yang salah karena terlalu mengkhayal tentangmu" jawabku.
"Aku hanya bisa mengucapkan maaf mas, tak ada lagi kata yg bisa terucap selain itu". Lalu tak kuasa hati ini mulai memberi pertanyaan-pertanyaan yang cukuo membuat gila. Dan perasaan mulai mengambil alih. Lalu aku memberanikan diri bertanya. Meskipun hanya lewat pesan.akan tetapi, sudah mewakili rasa penasaranku yang begitu membebani.
"Kapan kamu telah memiliki pacar baru?" Tanya perasaanku
"Ketika kamu naik gunung mas".
Hp aku matikan. Akirnya sepi itu kembali megetuk pintuku. Dan bodohnya aku biarkan dia masuk menemaniku. Mencintaimu bak air terjun dan pada akirnya berhenti di muara penampung luka. Cerita ini akan aku simpan hingga kamu sudah ingin mendengarkan dengan kesendirianmu.

Merbabu, 9 february 2017

1 komentar: